Suara kokok ayam terdengar nyaring dan begitu keras ditengah sunyinya desa Serumpang yang ditinggal lelap oleh penghuninya kedalam indahnya buih mimpi yang membelai lembut kenikmatan tidur mereka, namun suara takbir dari rumah kecil di sebelah sawah seolah menjawab kesendirian suara kokok ayam.
lantunan takbir qiyamul lail itu terucap dari mulut Budi yang menjalankan rutinitasnya setiap hari sebelum berangkat ke pasar untuk bekerja sebagai kuli angkat barang, ia melakukan hal itu semata-mata ia sadar bahwa ia harus selalu mengingat dan memuji sang pemilik diri ini.
setelah selesai solat tahajud ia langsung bergegas memakai baju seragam, bukan seragam kuli angkat barang, namun baju seragam sekolah, ya ia seorang pelajar kelas dua SMA yang merasakan belajar sambil bekerja, ia mulai bekerja sebagai seorang kuli angkat barang dipasar sejak setahun yang lalu. hal tersebut dilakkukannya dikarenakan tepat saat pengumuman tes masuk SMA yang sekarang menjadi tempatnya belajar, sang ayah harus terlebih dulu menghadap sang pemilik segalanya sebelum sempat melihat dan merasakan kebahagiaan sang anak yang mampu masuk tes dengan urutan pertama dari 894 pendaftar. sejak saat itulah seolah roda kehidupan keluarganya berbalik dan berada dibawah. sang ibu menjadi sakit-sakitan dan semua hampir barang yang ada dirumanya telah terjual untuk biaya pengobatan ibunya, tidak hanya itu, ia dan adiknya yang masih duduk dibangku SMP nyaris putus sekolah, untung kedua kakak beradik ini dikaruniai sang kuasa otak yang benar-benar brilian, keduanya mendapat besiswa dari sekolahnya masing-masing.
ia bergegas mengayuh sepeda tuanya, yang kini menjadi satu-satunya harta berharga miliknya, ia sering menyebut sepedanya sebagai atribut pengantar ke impian, karena sepeda tua itulah yang kini menjadi teman pengiring setiap langkahnya menuju impian. dikayuh sepeda tua itu kearah pasar yang kira-kira berjarak 7 kilometer dari rumahnya, ditinggalkannya ibu dan adiknya yang masih terlelap dalam tidur. jalan masih tampak gelap, hanya satu penerangan yang ia andalkan, dinamo kecil yang menempel disamping roda depannya. benar saja jalanan masih gelap, jam masih menunjukkan pukul 03:20.
memang ia harus berangkat sepagi itu, jika ia ingin mendapatkan upah yang lebih banyak, soalnya truk pengangkat barang pertama datang pukul 03:30 jadi berangkat jam segitu sebenarnya masih terlambat, tapi untung saja ia mempunyai langganan tetap yang sangat percaya denganya. namanya koh phut, seorang muslim keturunan tiong hoa. koh phut sangat percaya kepada Budi, karena koh phut adalah teman baik almarhum ayah budi saat kerja dulu. sangking percayanya kunci tokonyapun diserahkan ke budi, karena ia tidak bisa dating kepasar sepagi itu, beruntunglah koh phut punya budi sebagai langganan kuli angkat barang yang dapat dipercaya.
Jalan di depan budi tampak terang dan terdengar suara gemuruh mesin di bekalang budi. Cahaya dan suara itu berasal dari truk berwarna kuning, dengan tulisan disamping bak belakang nengrat han yang berada di belakang budi. saat truk mendahului dari sisi kiri budi, sopir truk tersebut menengok kearah budi sambil menatap lekat sekujur tubuh budi, mungkin yang terlintas di benak sopir tersebut. mengapa seorang seorang pelajar berangkat sekolah sepagi ini.
Budipun memandang lekat truk tersebut, rupanya budi merasa sangat akrab dengan truk tersebut, jelas saja truk tersebut adalah truk pembawa barang yang biasanya menjadi langganan koh phut. Namun budi merasa ada yang janggal terhadap sopir tadi, mengapa memandanginya terus, padahal sopir yang biasanya sudah kenal dan akrab dengan budi, paling tidak hanya menyapa tidak harus memandang seperti tadi. tapi budi tak mempedulikan semua yang melintas di pikiranya, kini yang ada di pikiranya adalah ia harus cepat sampai di pasar.
Atribut pengantar ke impian itu melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi, terpaan angin dan hantaman lembut embun membuat budi merasa sangat kedinginan, namun karena gerak kakinya yang tak henti-hentinya mengayuh sepeda tubuhnyapun dihangatkan oleh keringat yang sedikit tertahan oleh dinginnya udara.
Sampailah budi didepan took koh phut dan jam menunjukkan pukul 04:05 ia pun langsung bergegas ke mushola disamping toko koh phut untuk menunaikan solat subuh. Setelah selesai solat ia pun langsung membuka toko koh phut dan menurunkan barang-barang dari truk untuk dimasukkan ketoko koh phut. Tidak terasa jam menunjukkan pukul 05:50, sementara koh phut belum juga datang, padahal biasanya koh phut datang pukul 05:00 kemudian langsung menghitung barang yang telah di masukkan ketoko lalu memberikan upah kepada budi dan budi langsung bergegas ke sekolah yang jaraknya kurang lebih 18 kilometer dari pasar.
Budi memutuskan untuk langsung pergi ke sekolah dan mengambil upahnya nanti sepulang sekolah, padahal ia tau untuk hari ini di rumah tak ada uang untuk membeli bahan makanan. karena ia merasa adiknya pasti bisa mencarikan makan untuk ibu dan hari ini merupakan kesempatan terakhir budi untuk datang kesekolah tepat waktu.
Sehari sebelumnya wali kelas budi menyampaikan kepadanya, meskipun ia siswa yang pandai dan mendapat beasiswa tapi jika terus-menerus terlambat, bisa-bisa beasiswa untuknya dicabut dan hari ini merupakan kesempatan terakhirnya untuk tidak terlambat datang ke sekolah. Budi sadar tidak mungkin baginya dapat datang kesekolah tepat waktu, sekarang saja sudah pukul 05:50 sedangkan untuk mencapai sekolahnya jelas tak mungkin dengan waktu sesingkat itu dapat sampai tepat waktu.
Dengan mengambil seribu langkah ia bergegas menghampiri sepeda kebanggaanya, mungkin memang hari ini hari paling buruk baginya, roda depan sepedanya gembos dan rantainya putus.
air mata tampak mengalir di pipi sang pejuang membentuk suangai membelah kumpulan debu dan noda di wajahnya, ia termenung sambil melihat lekat sepedanya yang kini agak kurang bersahabat.
ia memutuskan untuk berangkat kesekolah dengan berjalan meskipun ia tau ia pasti akan terlambat, ia berlari menuju jalan raya terpaan angin sedikit memberi rasa sejuk ditengah kegundahan hati budi yang diselimuti kegelisaan luar biasa.Ikuti terus kisahnya di drmbioz.co.nr (masih dalam pembenahan)
[+/-] Selengkapnya...
[+/-] Ringkasan...