MIMPI yang bagiku merupakan “a miracle word”. Ya, a miraacle word. Kata ajaib dimana makna-makna yang dalam terdapat padanya.
Seperti halnya kata-kata yang ada dalam bahasa Indonesia, jika mendapat imbuhan akan dapat mengubah makna kata itu. Mimpi dengan imbuhan ber (bermimpi) pada setiap konteks akan berbeda makna. Dapat berarti berkhayal, dapat pula bermakna sebagai bunga tidur. Namun memang a miracle word jika kata mimpi menjadi impian maka makna yang dalam, misteri, dan sebuah realita tertanam di balik kemegahan kata tersebut. Dimana kata tersebut bermakna sebagai suatu cita-cita yang bukan hanya sekedar cita-cita melainkan lebih kepada cita-cita yang agung, tinggi, dan didasari keyakinan penuh atau dapat diartikan sebagai cita-cita yang merengkuh khayalan.
Dibalik kata ini berdiri megah sebuah misteri dan juga realita hidup sebenarnya dimana potongan-potongan mozaik hidup akan terhubung satu sama lain. Di sinilah impian tergambar laksana imposible triagle. Ya, segitiga tak mungkin dimana dimensi-dimensinya sulit diterjemahkan dan sudut-sudutnya mengandung anomal
Jelas tergambar pada bangun tersebut bahwa jika dalam tujuan menggapai impian, kita hanya melihat dan memfikir secara logis dan rasional maka banyak diantara kita yang akan tumbang sebelum kita dapat mencapai impian kita. Karena sama halnya dengan bangun segitiga tak mungkin diatas, jika kita lihat dan piker secara logis dan rasional maka bangun tersebut bukanlah segitiga melainkan tiga garis yang saling terhubung namun taksemua ujungnya menyatu.
Salah suatu awal kegagalan dalam menggapai impian dimulai, dimana kita hanya melihat suatu impian berdasarkan kenyatan yang ada pada diri kita.
Sama halnya dengan saat kita melihat bangun segitiga tak mungkin diatas maka bangun tersebut hanyalah sebuah bangun segitiga ilusi yang hanya dapat dilihat dari bangun datar sebagai sebuah segitiga .
Namun sudahkah klian membaca novel luar biasa yang berjudul Sang Pemimpi (salah satu novel dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata) yang menceritakan kisah nyata dua orang tokohnya; Ikal dan Arai yang berhasil menggapai impian mereka yang sebenarnya jika kita lihat dan pikir secara logis dan rasional maka hal tersebut hanyalah sebuah khayalan. Bagaimana tidak, diceritakan dalam novel tersebut bahwa mereka berasal dari keluarga kasta rendah dalam strata kehidupan. Dan mereka hanyalah seorang kuli ngambat pedalaman Belitong. Tetapi mereka menggantung mimpi di altar suci almamater Sorbone, Prancis dan menjelajahi Eropa sampai Afrika.
Apakah hal diatas bukan suatu khayalan jika kita hanya melihat impian pada sebuah pemikiran yang logis, namun dengan bermodal kerja keras, keyakinan, dan serpihan kata suci. Mereka mampu menggapai impian mereka tersebut.
Hal ini sama halnya jika kita melihat bangun imposible triangle dengan logis dan apa adanya. Namun sama halnya dengan jalan mereka dalam menggapai impian mereka keliling Eropa sampai Afrika yang dapat mereka raih dengan mengamen(seni patung keliling) yang diceritakan dalam novel lanjutannya Edensor. Maka keberhasilan tersebut dicapai dengan suatu yang takkan terpikirkan oleh kita. Maka bangun itu pun demikian, jika kita amati bangun ilusi tersebut kemudian kita hubungkan sisi terluar dan terdalam bangun tersebut maka akan muncul antonym bangun semula. Dimana impian terhubung dengan kenyataan bukan seperti bangun semula yang menggambarkan bahwa impian dan kenyataan tak terhubung. Hal ini bermakna dengan kenyataan seperti apapun kenyataan yang ada jika kita landasi dengan kerja keras, keyakinan, dan do’a maka impian bukanlah suatu yang tak mungkin terjadi.
Maka makna bangun tersebut adalah impian merupakan suatu yang nyata, jika kita dasari dengan kerja keras, keyakinan, dan do’amaka akan terkuak sebuah misteri hidup dan akan muncul suatu keajaiban.
Dan didalam bangun itu terdapat sebuah segi enam yang merupakan intisari bangun tersebut atau jika dalam penggapaian impian bangun tersebut merupakan perlambangan 6 penjuru mata angina yang terhubung dan memiliki arti terjawabnya 6 dasar pertanyaan. Apa, siapa, dimana, bagaimana, mengapa, dan kapan yang kesemuanya tentang pencapaian impian.
Namun bukankah penjuru mata angin itu ada 8?. Ya mata angina ada delapan dan dua mata angin yang tidak ada melambangkan kehendak Nya (takdir) yang tidak diketahui dan merupakan yang utama.
Disinilah kesimpulan besar ditarik
“Bermimpilah karena tuhan akan memeluk impian-impianmu“
~Arai ~
dalam : Sang Pemimpi (Andrea Hirata)
0 komentar:
Posting Komentar